Mereka yang Dilindungi Allah SWT
"Mereka yang Dilindungi Allah SWT"
Dalam
sebuah haditsnya, Nabi SAW, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah, pernah
bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat perlindungan
Allah pada hari ketika tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Nya.
Mereka adalah: pemimpin yang adil; anak muda yang menghabiskan masa
mudanya dengan senantiasa beribadah kepada Allah 'Azza wa Jalla;
seseorang yang kalbunya senantiasa terikat dengan masjid; dua orang yang
saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena
Allah; seorang laki-laki yang ketika dirayu oleh seorang wanita
bangsawan lagi rupawan, ia menjawab, 'Sungguh aku sangat takut kepada
Allah,"; seseorang yang mengeluarkan sedekah secara diam-diam sehingga
tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya;
seseorang yang biasa berzikir kepada Allah dalam kesendirian, kemudian
ia mencucurkan air matanya " (HR Bukhari dan Muslim).
Terkait dengan hadits di atas, Imam Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan dalam kitab Fath al-Bari, syarh al-Bukhâri, antara lain sebagai berikut:
Terkait dengan hadits di atas, Imam Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan dalam kitab Fath al-Bari, syarh al-Bukhâri, antara lain sebagai berikut:
- Terkait dengan pemimpin yang adil. Pemimpin di sini maksudnya adalah
pemilik otoritas dalam kepemimpinan agung, yakni siapapun yang memiliki
kewenangan mengurus urusan kaum Muslim (yaitu Khalifah). Menurut beliau,
penjelasan yang paling baik terkait dengan adil adalah: mengikuti
perintah Allah SWT, dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya, tanpa
kurang atau lebih. Dari sini bisa dipahami secara jelas, bahwa keadilan
pemimpin hanya mungkin terwujud saat:
(1) Sang pemimpin secara individual memang memiliki sifat-sifat 'adalah (adil). Karena itulah, dalam Islam, adil merupakan syarat mutlak bagi calon pemimpin (Khalifah).
Dengan demikian, sesungguhnya pemimpin yang adil hanya mungkin terwujud dalam sebuah sistem pemerintahan yang berdasarkan syariah Islam, yakni Khilafah, mustahil terwujud pada sistem sekuler (kufur) seperti saat ini. Mengharapkan keadilan pemimpin dalam sistem kufur jelas ibarat mimpi yang mustahil bakal terwujud.
(2) Sang pemimpin menerapkan seluruh hukum Allah secara total dalam kepemimpinannya atas rakyatnya. - Anak muda yang masa mudanya dihabiskan untuk beribadah kepada Allah. Menurut Ibn Hajar, pengkhususan anak muda di sini adalah karena adanya kenyataan bahwa mereka berada pada masa-masa yang didominasi oleh syahwat, yang di dalamnya ada dorongan kuat untuk selalu mengikuti hawa nafsu. Namun demikian, karena ketakwaannya lebih kuat, ia mampu mengendalikannya sehingga hidupnya selalu berada dalam suasana ibadah.
- Seseorang yang kalbunya senantiasa terikat dengan masjid. Maknanya bukan berarti ia senantiasa diam di masjid. Namun, pikiran dan hatinya senantiasa terikat dengan masjid meski ia berada di luar masjid karena begitu kuatnya cintanya pada masjid.
- Dua orang yang saling mencintai di jalan Allah. Maknanya, mere-ka senantiasa saling mencintai saudaranya karena didasarkan pada alasan-alasan agama, dan tidak terputus karena alasan-alasan duniawi; baik ia bertemu secara hakiki atau tidak, sampai keduanya dipisahkan oleh kematian.
- Seseorang yang diajak bermaksiat oleh seorang perempuan yang memiliki kemuliaan, baik karena kecan-tikannya, hartanya maupun nasabnya; namun ia berusaha menjauhinya. Dengan kata lain, karena kuatnya rasa malu dan ketakwaannya kepada Allah, ia berusaha menjauhi tindakan tersebut.
- Seseorang yang bersede-kah secara diam-diam. Makna yang tersirat dari pernyataan ini adalah bersedekah dengan niat ikhlas semata-mata karena Allah, tidak bermaksud riya atau sum'ah.
- Seseorang yang senantiasa berdzikir (mengingat Allah), yakni dengan kalbu dan lisannya, saat dia berkhalwat (menyendiri), yaitu saat-saat yang jauh dari sikap riya.
Dari
sabda Nabi SAW di atas, juga dari syarah Ibn Hajar atas hadits
tersebut, ada isyarat bahwa mereka yang tidak termasuk ke dalam ketujuh
golongan tersebut akan terlepas dari perlindungan Allah SWT pada Hari
Kiamat kelak. Pemimpin yang fasik (lawan dari adil), misalnya, di
antaranya karena tidak menerapkan syariah Islam dalam pemerintahnnya,
jelas tidak akan mendapatkan perlindungan Allah SWT meskipun secara
pribadi mungkin ia tidak gemar berbuat maksiat kepada-Nya. Ini karena
keengganannya untuk menerap-kan hukum-hukum Allah adalah bentuk
kemaksiatannya terbesar di sisi-Nya.
Demikian pula anak-anak muda yang menghabiskan masa mudanya untuk hura-hura dan bermaksiat kepada Allah; mereka yang hati dan pikirannya tidak pernah terikat dengan masjid; dua orang yang saling mencintai bukan karena Allah, tetapi lebih karena alasan-alasan duniawi; mereka yang gampang tergoda oleh rayuan wanita, apalagi yang biasa meng-goda wanita, tanpa memiliki rasa takut akan azab Allah; mereka yang bersedekah tetapi dibarengi dengan unsur riya dan sum'ah; serta mereka yang biasa melupakan Allah SWT.
Semoga kita termasuk ke dalam golongan yang disabdakan oleh Baginda Nabi SAW di atas, bukan golongan yang sebaliknya. Amin.
Demikian pula anak-anak muda yang menghabiskan masa mudanya untuk hura-hura dan bermaksiat kepada Allah; mereka yang hati dan pikirannya tidak pernah terikat dengan masjid; dua orang yang saling mencintai bukan karena Allah, tetapi lebih karena alasan-alasan duniawi; mereka yang gampang tergoda oleh rayuan wanita, apalagi yang biasa meng-goda wanita, tanpa memiliki rasa takut akan azab Allah; mereka yang bersedekah tetapi dibarengi dengan unsur riya dan sum'ah; serta mereka yang biasa melupakan Allah SWT.
Semoga kita termasuk ke dalam golongan yang disabdakan oleh Baginda Nabi SAW di atas, bukan golongan yang sebaliknya. Amin.
Posting Komentar